Minggu (11/9) pukul 08:00 pagi, suasana Gazebo Kehutanan tampak lebih meriah dari biasanya. Dosen pendidikan Bahasa Inggris UMM, Laela Hikmah Nurbatra dan Masyhud, beserta mahasiswa yang tergabung dalam kelompok 85 PMM Mitra Dosen mengadakan storytelling show dengan menggandeng anak-anak dari Taman Bacaan Masyarakat Wacan atau lebih dikenal dengan sebutan TBM Wacan.
Sekitar 20 anak-anak dari TBM Wacan berpartisipasi untuk memeriahkan acara ini dengan menampilkan storytelling berbasis cerita rakyat Malang. Acara ini merupakan kegiatan akhir dari program pengabdian kepada masyarakat oleh kelompok PMM ini. Sebelum acara puncak, kelompok 85 PMM Mitra Dosen datang langsung ke TBM Wacan untuk mengajarkan Bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan, yaitu menggunakan storytelling berbahasa Inggris berbasis kearifan lokal dari Malang.
Dosen, mahasiswa, dan anak-anak TBM Wacan setelah melakukan story telling show.
Penggunaan storytelling berbasis kearifan lokal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya folklore atau cerita rakyat yang kerap digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, baik di sekolah atau di institusi pendidikan non-formal, biasanya berasal dari luar daerah, bahkan luar negeri, yang bisa dikatakan kurang relevan dengan anak-anak di Malang. Oleh karena itu, program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan mengangkat tema “Storytelling sebagai Sumber Belajar Bahasa Inggris Berbasis Kearifan Lokal”.
Dalam sambutannya, Laela, menyatakan bahwa belajar Bahasa Inggris bisa dengan banyak cara yang menyenangkan, salah satunya dengan storytelling. “Kita akan menunjukkan apa yang sudah kita lalui selama beberapa minggu terakhir ini. Dengan harapan bahwa adik-adik sudah tahu belajar Bahasa Inggris itu menyenangkan dan bisa dibawa ke area yang berbeda-beda tidak hanya di dalam buku tetapi juga bisa dipraktikkan dalam bentuk storytelling show seperti ini.”
Selain itu, Leila Pramita Hartono, pengelola TBM Wacan, mengaku senang karena dengan adanya program ini, anak-anak bisa belajar Bahasa asing sekaligus mengasah kepercayaan diri mereka untuk tampil di depan umum. “Tidak hanya (belajar) bahasa asing ya menurut saya, tapi (juga) percaya diri. Mereka sudah berani tampil, itu sudah luar biasa.”
Acara ini dihadiri oleh orang tua dari anak-anak yang tampil. Anak-anak sangat antusias untuk menampilkan hasil latihan mereka selama beberapa minggu sebelumnya di depan orang tua mereka. Dengan program yang telah dilaksanakan tersebut, harapannya anak-anak tertarik untuk belajar budaya asing, dalam hal ini Bahasa Inggris, tanpa melupakan identitas mereka sebagai arek-arek Malang. yt