Australia menjadi destinasi pendidikan yang banyak dituju oleh para penuntut ilmu, terutama bagi alumnus bahasa Inggris. Tak hanya karena kedekatan geografis, kualitas pendidikan di Australia menjadi daya tarik tersendiri. Selain self funding, jalur beasiswa menjadi jalan bagi mereka yang menginginkan studi di luar negeri.
Lima alumnus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMM yang kali ini berhasil mendapatkan kesempatan menimba ilmu di universitas Australia dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan RI dan Australia Awards Indonesia (AAI) yaitu Ibrahim (angkatan 2009), Ria Arista Asih (angkatan 2007), Dwi Mawan Karifianto (angkatan 2001), Yunita Rahmasari (angkatan 2005), dan Nur Mafissamawati (angkatan 2010). Seperti apa prosesnya, berikut penuturan kelima alumnus soal studi mereka di negeri kangguru itu.
Ibrahim dan Dwi Mawan Karifianto adalah peraih beasiswa LPDP yang kini sedang menjalani studi di Monash University Melbourne. Ibrahim yang akan meraih gelar Master of TESOL pada akhir Juni 2018 ini mengaku bahwa memilih studi di Monash karena menempati rangking 16 dunia di bidang pendidikan, juga karena mata kuliah yang ditawarkan sesuai minat kajian yang ingin ia dalami. Selain sisi akademik, Ibrahim mengaku tertarik dengan kehidupan di Melbourne. “Melbourne sampai saat ini masih dinobatkan sebagai livable city di Australia sehingga pada saat awal memilih Melbourne saya yakin akan betah selama menempuh studi di sini,” tutur pria asal Kutai Kartanegara itu.
Sementara itu, Dwi Mawan Karifianto, yang telah dua semester menjalani studi di Master of Applied Linguistics mengaku senang dengan atmosfer akademik di universitasnya, terutama dengan metode group dan peer discussion, serta fasilitas perpustakaan yang kaya dengan jurnal internasional sangat mendorong mahasiswa belajar secara mandiri. “Studi di Monash sangat menantang namun menyenangkan. Menantang karena kami dituntut untuk menyelesaikan tugas kuliah dengan baik, menyenangkan karena bisa belajar dan berbagi ilmu dengan mahasiswa internasional dari berbagai negara,” papar ayah satu anak ini.
Figur peraih beasiswa LPDP selanjutnya adalah Ria Arista Asih, mahasiswa PhD in Education di University of New South Wales (UNSW) Sydney. Ria menuturkan bahwa menjadi mahasiswa PhD di Australia memiliki kemudah dan kesulitan tersendiri. Baginya, menjadi mahasiswa PhD di luar negeri lebih mudah karena semua hal bisa diatur sendiri dan kajian keilmuan pun lebih fokus pada satu objekdibandingkan menjadi mahasiswa Master. “Akan tetatpi, menjadi mahasiswa PhD di sini menuntut independensi dan disiplin waktu tinggi. Jika tidak, apa yang kami kerjakan akan meleset jauh dari proposal sehingga dapat berimbas pada banyak hal,” aku Ria yang saat ini juga aktif sebagai pengajar TPA Khairu Ummah Sydney ini.
Adapun alumnus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMM yang sukses menjadi penerima beasiswa AAI yaitu Yunita Rahmasari dan Nur Mafissamawati. Yunita, mahasiswa Master of Applied Linguistics di University of Melbourne ini merasa senang tinggal di Australia. Selain kehidupan akademik yang menantang, Yunita mengaku nyaman tinggal sebagai Muslim di Melbourne. “Melbourne sangat Muslim-friendly, banyak komunitas Muslim di sini sehingga mudah menjumpai toko bahan makanan halal pun restoran halal. Satu hal unik soal Australia, negara ini sangat multikultur, setiap pendatang bebas menunjukkan jati diri atau homeland atributnya. Padahal saat awal datang dulu saya sempat khawatir menjadi mahasiswi berjilbab besar, conservative look,” terang Yunita yang hobi membuat Bento ini.
Sementara itu, Nur Mafissamawati yang akan bertolak pada awal Juni ini ke Flinders University Adelaide memberikan trik jitu menaklukkan beasiswa AAI. Baginya, seorang pencari beasiswa harus memiliki kepribadian yang baik, terutama kejujuran. “Tahap yang paling menentukan dalam meraih beasiswa AAI adalah pemberkasan. Dari 5300 pelamar, hanya 600 yang terpilih dan kemudian berkas tersebut dikonfirmasi ulang saat sesi wawancara. Untuk itu, jujur dalam menulis berkas itu penting. Selanjutnya, kuatkan doa serahkan semua hasil pada Allah,” jelas Mafis yang akan menempuh Master of TESOL itu.
Dari kelima alumnus yang sukses meraih beasiswa bergengsi tersebut memiliki pola karir yang sama, yaitu setelah menyelesaikan studi sarjana di UMM, kelimanya terlibat aktif menjadi instruktur English for Specific Purposes (ESP) di Language Center UMM. (raf)
Yunita Rahmasari berpose di salah satu gedung University of Melbourne | Dwi Mawan Karifianto saat mengunjungi salah satu perpustakaan di Melbourne | Ibrahim berpose di pantai Eagles Nest Melbourne | Nur Mafissamawati saat Pre Departure Training beasiswa AAI | Ria Arista di depan salah satu ikon Sydney, Harbour Bridge |