Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang menghadirkan dua alumninya, Bayu Dharmala dan Inayatul Robania untuk berbagi tips mendapatkan beasiswa dan pengalaman belajar di luar negri. Acara dihadiri oleh suluruh mahasiswa baru Prodi Pendidikan Bahasa Inggris melalui virtual webinar yang dilaksanakan secara rutin dua mingguan. Virtual webinar ini diberi tajuk “Paving Ways for Scholarship Hunters”.
Bayu Dharmala merupakan alumnus Pendidikan Bahasa Inggris yang pernah mendapatkan pengalaman pertukaran mahasiswa di dua kampus dan dua negara yang berbeda selama menjadi mahasiswa yaitu Singapura (Learning Esxpress) dan Spanyol (Program Erasmus+). Bayu, begitu ia akrab disapa, memaparkan bahwa pertukaran mahasiswa tersebut merupakan pengalaman yang sangat berharga selama kuliah karena bisa mengenal budaya baru dan mengasah kemampuan kebahasaannya, baik itu bahasa Inggris ataupun bahasa asing lain.
Selanjutnya, Bayu menekan pentingnya Bahasa Inggris di dalam mendapatkan beasiswa. “Banyak mahasiswa Bahasa Inggris yang diterima di pertukaran pelajar karena Bahasa Inggris merupakan persayaratan utama untuk mendapatkan besiswa.” Dharmala juga menambahkan beberapa tips mendapatkan beasiswa pertukaran mahasiswa. Diantaranya adalah kemampuan Bahasa Inggris yang baik, IPK yang bagus dan aktif di organisasi kemahasiswaan. Maka dari itu, Bayu, di samping terus mengasah kemampuan Bahasa Inggrisnya ia juga aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa International Language Forum, Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Atas prestasi dan pengalamannya, Bayu saat ini juga terdaftar sebagai nominee beasiswa Fulbright Amerika untuk program Master.
Berbeda dengan Bayu, Nia, mahasiswi angkatan 2013 itu menceritakan tentang tantangan selama belajar di luar negri. Nia merupakan salah satu alumnus Pendidikan Bahasa Inggris yang mendapatkan kesempatan pertukaran belajar ke Tongren University, China. Atas pengalamannya itu, Nia kini berhasil mendapatkan President Scholarship dari Pemerintah China untuk menempuh program Master di Zhejiang Gongshang University.
Selama di China, ada beberapa Culture Shock yang dialami Nia. Di antaranya, ia kesulitan untuk mendapatkan makanan halal sehingga Nia menyiasati dengan memasak makanan sendiri. Baginya, itu tantangan yang harus dihadapi. “Motivasi dan komitmen yang tinggi sangat diperlukan selama belajar di negara yang berbeda karena di samping mendapatkan kesenangan kita juga akan menghadapi beberapa tantangan,” pungkasnya kepada sekitar 90 peserta yang hadir di webinar tersebut.
Selanin itu, Nia juga menceritakan bahwa selama pertukaran pelajar, dia tidak hanya belajar tetapi juga bisa jalan-jalan ke tempat-tempat indah yang ada di China. Pada momen ini, Nia merasa bersukur karena bisa berbahasa Inggris sehingga mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar dan program Master.
Pada acara webinar ini, peserta sangat antusias untuk mengetahui tentang cara dan pengalaman mendapatkan beasiswa. Ini terbukti dengan adanya banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta salah satunya adalah pertanyaan dari Iftikhar M. Husnan yang bertanya tentang bagaimana caranya menghadapi Culture Shock. Kemudian Eka Winanti Setyaningtiyas juga bertanya tentang persiapan mental selama belajar di luar negri.
Pada puncaknya, acara ditutuo dengan kutipan menari bagi peserta yaitu “Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, dan setiap saat adalah pelajaran”. masy/ed_raf
Bayu Dharmala sedang menjawab pertanyaan peserta webinar melalui platform zoom (29/9)
Innayatul Robania memaparkan pengalamannya mendaftar beasiswa dari President Scholarship China (29/9).