Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang memberikan selamat dan sukses atas pengukuhan Guru Besar kepada Profesor Dwi Poedjiastutie, M.A.,Ph.D pada hari ini, Rabu, 16 Februari 2022 di Dome Teater UMM.
Profesor Dwi Poedjiastuti menyampaikan orasi ilmiah di acara Pengukuhan Guru Besar (16/2) |
Profesor Dwi Poedjiastutie, M.A.,Ph.D, dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “ Model Pengembangan Institusi Profesi Guru (LPTK ) dan Kebutuhan Guru Bahasa Inggris di Indonesia: Sebuah Terobosan untuk Memenuhi Tantangan Era Revolusi Industri 4.0”, memaparkan bahwa indeks kecakapan guru Bahasa Inggris yang masih tertinggal dari negara-negara tetangga. “Bagaimana mungkin guru-guru Bahasa Inggris dapat menginspirasi para siswanya untuk belajar dan berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan baik, jika keterampilan bahasa Inggris gurunya sendiri tidak memadai?” terang dosen yang meraih gelar Ph.D. di Curtin University, Australia ini. Untuk itu perlu upaya lebih untuk meningkatkan kompetensi guru mengingat peran mereka yang sangat penting dalam penguasaan kompetensi berbahasa Inggris siswa. Terlebih, Bahasa Inggris dinilai sebagai global language yang tidak hanya sebagai alat komunikasi, namun juga untuk networking.
Dalam merespon kondisi ini, Indonesia memang sudah mempunyai Program Profesi Guru (PPG). Namun, dalam implemetasinya hasil dari pelatihan-pelatihan untuk pengembangan profesional guru ini masih tidak sesuai dengan yang dicanangkan. Sehingga, dosen yang telah memiliki pengalaman lebih dari 25 tahun dibidang Teacher Professional Development (TPD) ini menawarkan gagasan baru dalam pengembangan profesi guru. Menurutnya, strategi kolaboratif dengan native speakers/ foreign teachers dan perbaikan sistem LPTK dari hulu sampai hilir merupakan kunci. “Merekrut NSET (Network Switching Education & Training) sangat efektif karena dapat mengembangkan kelancaran berbahasa Inggris sekaligus mengasah kemampuan pemecahan masalah,” tegas Poedji. Pengembangan profesi guru di Indonesia perlu ditata ulang mulai dari sistem perekrutan calon mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, proses pendidikan, hingga bagaimana profesi guru dari sudut ekonomi dan sosiokultural seperti yang diterapkan di Singapura dan Finlandia. Namun, dalam implementasinya, Profesor Dwi Poedjiastutie, M.A.,Ph.D mengakui masih perlu perencanaan yang matang dengan beberapa stakeholder yang terlibat serta pemangku kebijakan.
Selanjutnya, segenap civitas akademika Prodi Pendidikan Bahasa Inggris memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya atas diraihnya gelar akademik tertinggi oleh Profesor Dwi Poedjiastutie, M.A.,Ph.D. “Selamat kepada Prof. Dwi Poedjiastutie telah dikukuhkan sebagai guru besar bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Semoga berkah ilmunya untuk pribadi, keluarga, dan kita semua.” ungkap Jarum, M.Ed, Kaprodi Pendidikan Bahasa Inggris. (dik/rya/ed_raf)