Empat Srikandi UMM Meraih Kesempatan Emas untuk Belajar di Eropa melaui program Erasmus Mundus+

Senin, 12 November 2018 10:44 WIB   Prodi Pendidikan Bahasa Inggris

Prestasi membanggakan kembali diukir empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka adalah Nuriyanti Dina Kamiliya, Mutia Wardhani, Nalurita Wahyuningtyas dan Hesti Miranda. Mereka kembali mencatatkan sejarah manis untuk melanjutkan tradisi mahasiswa UMM yang mendapat beasiswa Erasmus Mundus+ untuk menimba ilmu di Eropa. Yang cukup mengejutkan adalah keempat srikandi tersebut berasal dari prodi yang sama,  yaitu Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Beasiswa Erasmus Mundus+ ini merupakan kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Malang dan Universidad de Murcia, Spanyol. Melalui program ini, mahasiswa UMM yang lolos seleksi mendapat kesempatan untuk belajar di Universidad de Murcia, Spanyol selama 5 bulan. Tentunya ini merupakan kesempatan emas dan privilege yang sangat berharga bagi para mahasiswa UMM, yang teramat sayang untuk dilewatkan.

Kegigihan dan mental petarung yang pantang menyerah adalah prinsip yang lekat di jiwa keempat dara jelita ini. Kegagalan bagi mereka tak ubahnya bahan bakar yang bukannya menurunkan gairah untuk mendapatkan beasiswa, bahkan sebaliknya, membakar semangat mereka untuk semakin termotivasi mendapatkan beasiswa ke Eropa. Semangat spartan yang terpatri di jiwa mereka terbukti mampu membuat mereka berhasil bersaing dengan puluhan mahasiswa lain dan berhasil menjadi penerima beasiswa Erasmus Mundus+, yang walau terbuka lebar bagi mahasiswa UMM, namun pastinya tidak mudah untuk menggapainya. Jika kita tilik ke belakang, keempat jawara dari Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini memiliki segudang prestasi akademik dan non-akademik yang sangat membanggakan.

Nuriyanti Dina Kamilia, misalnya, gadis yang akrab disapa Dina ini sempat menjuarai kompetisi bola voli dan kontes paduan suara, dan yang teranyar adalah juara satu lomba paduan suara nasional tahun 2017 di Malang. Di tahun yang sama, Dina, yang juga hobi membaca dan traveling, juga mengikuti LEX (learning express program), yaitu program inovasi sosial dengan menggunakan metode design thinking guna memberi solusi untuk permasalahan nyata yang ada di masyarakat sekitar. Selain Dina, ada Mutia Wardhani, atau Mute, begitu biasanya teman-temannya memanggilnya. Jiwa kepemimpinan Mute patut diacungi jempol. Hal itu dibuktikan dengan pengalamannya menjadi mentor untuk program mentoring di Prodi Bahasa Inggris. Program ini bertujuan untuk membantu mahasiswa baru di Prodi Bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan bahasa Inggris meraka dengan menghadirkan mentor (pendamping) yang berasal dari mahasiswa ‘senior’. Seperti halnya Dina, Mute yang hobi menonton film ini juga bergabung di program LEX, kerjasama antara UMM dengan politeknik Singapura. Selain itu, Mute juga aktif menjadi koordinator acara dalam berbagai event besar di tingkat universitas.

Mahasiswa lain yang tak kalah cemerlangnya adalah Hesti Miranda. Hesti, yang suka membaca dan aktif mengikuti organisasi sejak di bangku SMP, memang layak menjadi salahsatu penerima beasiswa Erasmus Mundus+. Kegigihan Hesti dibuktikan dengan keberhasilannya mendapatkan beberapa beasiswa di tahun-tahun sebelumnya, antara lain beasiswa Gerbang Dayaku dari pemerintah Borneo Timur  pada tahun 2016 dan 2017, beasiswa magang di Songkhla, Thailand untuk mengajar bahasa Inggris di tahun 2016, serta beasiswa pertukaran pelajar ke Universitas Tongren, Cina pada tahun yang sama. Hesti juga sempat menjadi runner up dalam lomba penulisan essay yang diadakan oleh HMJ Bahasa Inggris ‘ESA Progresio’ pada tahun 2014. Selain ketiga gadis tersebut, satu lagi aset yang membanggakan di Prodi Bahasa Inggris adalah Nalurita Wahyuningtyas. Arek Malang yang akrab disapa Nal ini bukan hanya gemar membaca, tetapi juga piawai tampil di depan publik dengan menjadi MC (master of ceremony) di berbagai acara dan aktif sebagai debater. Ia bahkan sempat menjadi pelatih debat di salah satu SMA di Malang. Nal juga merupakan lulusan terbaik tingkat fakultas untuk program ESP (English for Specific Purposes) tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Lembaga Bahasa UMM. Seperti Dina & Mute, Nal juga turut serta dalam program LEX, yang selama ini telah sukses dijalankan di berbagai negara ASEAN.  Tak heran jika ia mampu menyisihkan puluhan mahasiswa lain dan berhasil lolos sebagai salahsatu awardee Erasmus Mundus+.

 

Berkaca pada prestasi membanggakan para mahasiswa tersebut, betapa jelasnya bahwa perjuangan untuk mendapatkan beasiswa tidak luput dari rentetan usaha dan partisipasi dalam berbagai aktifitas positif yang membangun, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Para mahasiswa tersebut tidak hanya sibuk belajar di kelas, tetapi ikut andil dalam berbagai kegiatan seperti Lex, kompetisi debat, olahraga, paduan suara, dll. sesuai dengan bakat dan minat mereka. Bagi mereka, peluang dan privilege yang ada di UMM, seperti program LEX dan Erasmus Mundus+, adalah kesempatan emas yang pantang untuk disia-siakan.

Dalam hal ini, selain jiwa kompetitif dan kepribadian kuat dari mahasiswa yang bersangkutan, peran dosen juga memiliki dampak yang berarti. Misalnya, saat mengajar, dosen tidak hanya memnyampaikan materi perkuliahan tetapi juga membangun hubungan baik dengan para mahasiswa, memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat, serta berbagi cerita motivasi yang mendorong mahasiswa untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam meraih prestasi. Dengan kata lain, betapa pentingnya give and take, dimana dosen memberikan ilmu serta motivasi (give), dan mahasiswa menerima dengan pikiran terbuka yang kritis dan kreatif (take).

Erasmus Mundus+ adalah salahsatu gerbang yang terbuka lebar bagi para mahasiswa UMM, termasuk mahasiswa Prodi Bahasa Inggris, untuk melangkahkan kaki lebih lebar dan melihat dunia. Dengan mendapatkan kesempatan untuk belajar di negara lain, mahasiswa akan belajar mengenai kebudayaan dan sistem pendidikan di negara lain, yang mungkin berbeda dengan di UMM dan bahkan di Indonesia. Kesempatan langka ini akan mengajarkan kemandirian dan keterbukaan dalam berpikir serta memberikan wawasan luas bagi para awardees, yang akan menjadi pengalaman tak tertukar di masa yang akan datang.

Akhirnya, kombinasi moto hidup dari keempat srikandi ini patut untuk kita renungkan dan praktekkan: “Indeed, life is full of choices, but there is a rainbow around every corner. So, build self discipline and never give up!”. Banyak kesempatan terbentang di depan mata, namun apakah kita hanya akan melihat dan mengagumi, atau bergerak dan berlari meraihnya, itu adalah pilihan. (Al)

Shared: