Melanjutkan Pendidikan tinggi merupakan cita-cita dari banyak mahasiswa, apalagi belajar di luar negeri. Begitulah yang menjadi pemicu Fitria Anis Kurly, mahasiswa angkatan 2010, untuk melanjutkan studi di University of Bristol United Kingdom. Berbekal tekad kuat dan ketekunan, Kurly, begitu ia biasa disapa, berhasil mendapatkan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Pada Februari 2020, Kurly berhasil menggondol gelar M.Sc, pada program Master of Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL). Seperti apa kisah Fitri, berikut ulasannya.
Pertama kali keinginan untuk berkuliah di luar negeri muncul sejak kuliah di UMM dan berkesempatan mengikuti beberapa kelas yang diampu dosen lulusan luar negeri. Dosen-dosen yang memiliki pengalaman dan pengetahuan luar biasa tersebut memacu semangat Fitri untuk mengikuti jejaknya. Kurly teringat betapa hebatnya mendengar cerita para dosen di kelas tentang kuliah di negara asing. Selain pengalaman, pengetahuan, dan networking yang luas, Kurly juga ingin merasakan dan melihat secara langung bagaimana masyarakat di negara maju mengatur sistem kehidupan mereka, khususnya sistem pendidikan.
Selanjutnya, hal utama yang memotivasi Kurly belajar ke luar negeri terkait dengan pegalamannya mengajar di daerah terpencil di Kalimantan Timur. Suatu saat nanti saat kembali mengajar di daerah terpencil dimana saja, Kurly ingin menceritakan bahwa meraih pendidikan setinggi-tingginya adalah sebuah kemungkinan bagi siapa saja yang mau berusaha, bekerja keras tanpa memandang asal, warna kulit, status sosial apalagi soal keterbatasan finansial.
Soal bagaimana pedidikan di UK, Kurly mengaku senang dengan cara belajarnya. Secara umum, pembelajaran di UK agaknya berbeda dengan di Indonesia. Misalnya saja, hampir semua level master di UK hanya diampu dalam satu tahun lamanya, maka beban mata kuliah dan tugas pun menjadi sangat padat. “Meskipun kuliah hanya tiga hari dalam satu pekan, hari-hari mahasiswa di UK bisa dihabiskan lebih banyak di perpustakaan karena untuk masuk satu kelas kita selalu mendapat bacaan wajib yang harus dipahami dan dipersiapan sebelum masuk kelas. Begitupun dengan tugas yang membutuhkan banyak sumber bacaan, tentu dengan tuntutan kualitas tulisan yang lebih menantang. Kalau mau liburan, kita harus pintar-pintar atur waktu, atau terpaksa membawa dan mengerjakan tugas di perjalanan,” ujar perempuan yang saat ini tinggal sementara di Polandia itu.
Hal apa saja yang menjadi bekal Kurly dari belajar di Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMM terkait studi lanjutnya, ia mengaku bahwa ia masih mendapatkan bimbingan dari dosen di Prodinya meski telah lulus sarjana dengan menjaga komunikasi. “Sebelum saya berangkat ke UK, saya ke kantor Prodi untuk berkonsultasi tentang jurusan apa yang lebih tepat untuk saya pilih hingga apa yang harus saya persiapkan menjelang keberangkatan,” terang Kurly, aktivis salah satu organisasi kepemudaan itu. (raf)
Fitria Anis Kurly berpose di University of Bristol, United Kingdom.
Fitria Anis Kurly di salah satu gedung di Univesity of Bristol, United Kingdom.