Meraih skor tinggi dalam tes kemampuan bahasa Inggris merupakan kompetensi yang menjanjikan. Pasalnya, beberapa instansi pendidikan dan funding beasiswa mensyaratkan pelamar untuk memiliki skor setara 500 dalam tes TOEFL. Inilah yang menjadi perhatian Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang. Dimoderatori oleh Riski Lestiono, M.A, dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UMM, acara yang bertajuk ‘Powerful Ingredient to Score a Language Test’ itu diikuti oleh siswa SMA dan beberapa pengajar bahasa Inggris (7/7/2020).
Banyak dari pemelajar bahasa Inggris menginginkan skor TOEFL tinggi, namun tak semua tahu tentang tips dan triknya. Memulai acara, Hastrin Widi Astuti, pemateri kunci pada virtual class ini menjelaskan materi tentang simple tense, modal verbs, expletive construction, dan gerund. Selain itu, Widi juga memaparkan penggunaan teori yang disampaikan ke dalam contoh konteks penggunaannya.
Selanjutnya, Widi, begitu ia akrab disapa, menjelaskan bahwa tidak semua 16 tenses akan muncul pada soal TOEFL, melainkan hanya beberapa saja. Ada tiga tenses yang sering muncul pada tes TOEFL di antaranya simple present tense, yakni untuk mengetahui test takers berasal dari berbagai latar belakang keilmuan. Kedua, past tense, yaitu soal terkait dengan histori yang pernah terjadi di Amerika atau Canada. Ketiga, present perfect, yaitu kegiatan yang masih terjadi sampai sekarang.
Dihadapan 110 peserta, Widi, alumnus University of Queensland Australia itu menekankan bahwa, “Untuk tenses seperti present continues jarang sekali dijumpai di tes ETS (lembaga resmi TOEFL), untuk itu peserta tes tidak perlu mengafal dan mempelajari semua tenses,” papar dosen Universitas Negeri Malang itu.
Pada praktiknya, saat masa persiapan, peserta tes tidak perlu menghafal semua gramatika bahasa Inggris, cukup sering membaca saja. Menurutnya, dengan sering membaca, seseorang akan lebih mudah mengenal dan memahami teori. Ia pun menyarankan bagi peserta tes agar setidaknya melakukan persiapan sekitar tiga atau empat bulan sebelum mengambil test. Bagaimanapun, hal itu tergantung dengan nilai tes awal seorang peserta.
Memotivasi peserta virtual class, Widi menggaris bawahi bahwa faktor suksesnya seseorang berhasil mendapatkan nilai tinggi pada tes TOEFL tak hanya karena faktor guru atau instruktur, melainkan motivasi seseorang untuk sukses meraih apa yang ingin ia capai. Acara ini disambut positif oleh salah satu peserta atas nama Pratiwi Bahar. “Kedepan saya berharap virtual class diikuti dengan latihan mengerjakan soal,” papar perempuan asal Mamuju, Sulawesi Barat itu. raf
Hastrin Widi Astuti saat menyampaikan materi virtual class di American Corner Universitas Muhammadiyah Malang (7/7).
Riski Lestiono, M.A, dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UMM sebagai moderator acara virtual class (7/7).